Rabu, 09 September 2015

Rahasia Debus Banten


debus banten

Debus adalah sebuah kesenian bela diri asli dari Banten. Kesenian ini tercipta pada masa Pemerintahan Sultan Maulana Hasanudin (1532-1570 di abad ke-16 . kesenian debus biasaya mempertunjukan kekuatan atau kemampuan manusia yang luar biasa, diantaranya ilmu kePermainan Debus merupakan kesenian yang dikombinasikan dengan seni tari, seni suara dan kebatinan yang bernuansa penuh magis. Dan dewasa ini kesenian debus biasanya dipertunjukkan sebagai pelengkap upacara adat, upacara magic dan untuk hiburan masyarakat.

Kesenian ini sudah berkembang ke beberapa kecamatan di Kabupaten Serang, diantaranya : Walantaka, Keragilan, Cimurung dan lainnya.


Arti Kata

Istilah Debus sampai saat belum dapat diketahui secara pasti berasal dari apa atau mengambil istilah mana. Namun menurut (Alm) Tb A Sastra Suganda pensiunan Kepala Seksi Kebudayaan Kandepdikbud Kabupaten Serang mengatakan bahwa kata debus berasal dari kata tembus (Sandjin Aminudin, 1997:153).


Pengertian lain dari kata Debus berasal dari kata Gedebus (Almadad) yaitu nama dari salah satu benda tajam yang digunakan dalam pertunjukan kekebalan tubuh. Benda tajam tersebut terbuat dari besi dan digunakan untuk melukai diri sendiri. Oleh karena itu kata debus disini diartikan juga sebagai Tidak Tembus.


Latar Belakang Sejarah

Kesenian debus berkaitan erat dengan penyebaran agama Islam di Indonesia. Pada masa Sultan Maulana Hasanuddin (1532-1570), debus digunakan sebagai seni untuk memikat masyarakat Banten yang masih memeluk agama Hindu dan Budha dalam rangka penyebaran Agama Islam.


Kemudian pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa abad ke 17 masehi (1651-1652), debus difokuskan sebagai alat untuk membangkitkan semangat para pejuang dalam melawan penjajah Belanda (Sandjin A, 1997:156). Oleh karena itu debus merupakan kesenian beladiri guna memupuk rasa percaya diri.


Pertunjukan

Debus merupakan pertunjukan seni secara berkelompok dengan jumlah pemain sebanyak 12 sampai 15 orang, yang masing-masing mempunyai tugas sebagai berikut :

1. 1 orang juru gendang

2. 1 orang penabuh tembang

3. 2 orang penabuh dogdog tingtit

4. 1 orang penabuh kecrek

5. 4 orang sebagai penzikir

6. 5 orang pemain atraksi

7. 1 orang sebagai sychu


Pertunjukkan dimulai dengan pembukaan (Gembung), yaitu dengan pembacaan sholawat kepada Nabi Muhammad, puji-pujian dan dzikir kepada Allah yang diiringi instrumen tabuh selama kurang lebih tiga menit. Lalu dilantunkan nyanyian berupa dzikir dengan suara keras, melengking, bersahut-sahutan dengan iringan tetabuhan. Bagian ini disebut Beluk dan dilakukan hingga pertunjukkan berakhir.


Bersamaan dengan Beluk dimulai, atraksi silat dengan tangan kosong didemonstrasikan. Setelah itu beberapa orang pemain memulai atraksi debus seperti menusuk perut menggunakan Gedebus, mengupas kelapa menggunakan gigi, memecahkan batok kelapanya dengan kepala, lalu memakannya. Mengerat bagian tubuh seperti lidah, tangan atau paha dengan golok, pisau atau parang. Juga ada atraksi menggoreng kerupuk atau telur di atas kepala, membakar anggota tubuh dengan api, menaiki atau menduduki tangga yang disusun dari golok yang sangat tajam, serta bergulingan di atas tumpukan kaca (beling) bahkan memakannya. Atraksi diakhiri dengan Gemrung, yaitu permainan alat-alat musik tetabuhan.


Sumber : www.wongbanten.com




Tidak ada komentar:

Posting Komentar